Senin, 03 Desember 2012

KUTIPAN


  • Pengertian Kutipan


Kutipan adalah suatu kata yang mungkin semua orang belum tahu apa maksudnya. Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.

  • Fungsi Kutipan

  1. Landasan teori
  2. Penguat pendapat penulis
  3. Penjelasan suatu uraian
  4. Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.


  • Hal yang perlu diperhatikan dalam mengutip

  1. Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan it perlu
  2. Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
  3. Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
  4. Jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
  5. Penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
  6. Teknik penulisan kutipan dan kaitannya denga sumber rujukan.


  • Prinsip Mengutip


Pengutip tidak boleh mengadakan perubahan, baik kata-katanya maupun tekniknya. Bila penulis terpaksa mengadakan perbaikan, penulis harus memberi keterangan. Contoh:
‘Tugas bank antara lain adalah memberi pinjam uang.’
Pengutip tahu bahwa dalam kalimat it ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh memperbaikinya Cara memperbaikinya:

1) ‘Tugas bank antara lain memberi pinjam [seharusnya, pinjaman, penulis] uang.’
2) ‘Tugas bank antara lain memberi pinjam [Sic!] uang.’
[Sic!] artinya dikutip sesuai dengan aslinya.
Menghilangkan bagian kutipan, diperkenankan menghilangkan bagian kutipan dengan syarat bahwa penghilangan bagian it tidak menyebabkan perubahan makna.

Cara:
1) menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan diganti dengan titik berspasi.
2) menghilangkan bagian kutipan yang lebih dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan diganti dengan titik berspasi sepanjang garis (dari magin kiri sampai ke margin kanan).

  • Jenis Kutipan
Terdapat beberapa jenis kutipan, antara lain adalah Kutipan langsung dan Kutipan Tidak langsung. Disini saya akan mencoba menjelaskan jenis-jenis kutipan tersebut.

Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip. Disini kita sama sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!] yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll.

Kutipan Tidak Langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas intisarinya dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
Kutipan pada catatan kaki selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip sepertidalam teks asli.
Kutipan atas ucapan lisan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.

Kutipan dalam kutipan ada dua cara :

Bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat mempergunakan tanda kutip tunggal atau kutip ganda

Bilakutipan asli memakai tanda kutip tunggal kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip ganda. Sebaliknya bilakutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip tunggal.

Kutipan langsung pada materi, dimulai dengan materi kutipn hingga perhentian terdekat, (dapat berupa koma, titik koma,atau titik) disususl dengan sisipan penjelas siapa yang berbicara.

  •  Cara Mengutip

Kutipan Langsung

Yang tidak lebih dari empat baris:
  1. Kutipan diintegrasikan dengan teks
  2. Jarak antar baris kutipan dua spasi
  3. Kutipan diapit dengan tanda kutip
  4. Sesudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda kurung ditulis sumber dari mana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan it diambil.

Yang lebih dari empat baris:
  1. kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
  2. jarak antar baris kutipan satu spasi
  3. kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan
  4. kutipan diapit oleh tanda kutip atau tidak diapit tanda kutip
  5. di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1)).


Kutipan tak langsung

  1. Kutipan diintegrasikan dengan teks
  2. jarak antar baris kutipan spasi rangkap
  3. kutipan tidak diapit tanda kutip
  4. sesudah selesai diberi sumber kutipan.


Kutipan pada catatan kaki

Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.

Kutipan atas ucapan lisan

Harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau tidak langsung.

Kutipan dalam kutipan

Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat kutipan. Dapat dilakukan dengan dua cara:

bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat mempergunakan tanda kutip tunggal atau tanda kutip ganda
bila kutipan asli memakai tanda kutip tunggal, kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip tunggal
Kutipan langsung pada materi
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hingga penghentian terdekat (dapat berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang berbicara.
Contoh:
“Jelas,” kata Prof. Haryati, “kosa kata bahasa Indonesia banyak mengambil dari kosa kata bahasa Sansekerta.”
Catatan: Kutipan yang panjang sebaiknya dimasukkan dalam lampiran.


 sumber :

Senin, 26 November 2012

A.    PENGERTIAN KONVENSI NASKAH.


Konvensi adalah suatu (seperti amalan, tingkah laku, ciri-ciri) yang sudah disepakati dengan meluasnya dan dipatuhi. Naskah adalah suatu teks yang berisi aturan, alur cerita di dalam suatu dialog.
(Penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.)
Maka yang dimaksud dengan konvensi naskah adalah penulisan naskah karangan ilmiah yang berdasarkan kebiasaan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.Konvensi penulisan naskah yang sudah lazim mencangkup aturan pengetikan, pengorganisasian materi utama, pengorganisasian materi pelengkap, bahasa, dan kelengkapan penulisan lainnya
 

.B. SYARAT FORMAL PENULISAN NASKAH


a. Bagian pelengkap penulisan
    1. judul pendahuluan (judul sampul)
    2. halaman judul
    3. halaman persembahan
    4. halaman pengesahan
    5. kata pengantar
    6. daftar isi
    7. daftar gambar 
    8. daftar tabel

b. Bagian isi karangan
    1. pendahuluan
    2. tubuh karangan
    3. kesimpulan

c. Bagian pelengkap penutup
    1. daftar pustaka
    2. lampiran
    3. indeks
    4. riwayat hidup penulis

C. PERBEDAAN NASKAH FORMAL, SEMI FORMAL DAN NON FORMAL


       Selain naskah formal, terdapat juga naskah semi-formal dan non formal. Perbedaan ketiga jenis naskah tersebut terdapat pada sub babnya. Naskah formal yaitu suatu karya yang memenuhi syarat lahiriah yang dituntut oleh konvensi, sedangkan naskah semi-formal yaitu suatu karya yang tidak memenuhi semua persyaratan lahirian yang dituntut konvensi. Dan naskah non-formal yaitu bila bentuk sebuah karya atau karangan tidak memenuhi persyaratan formalnya. Jadi kesimpulannya sub-sub bab yang terdapat pada naskah formal ada tang tidak dipakai atau tidak digunakan oleh naskah semi-formal dan non-formal.


  SYARAT FORMAL PENULISAN SEBUAH NASKAH

Untuk menulis sebuah naskah, diperlukan suatu penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis: penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format pengetikan yang sistematis, disebut "Pengorganisasian Karangan". Selain itu pengorganisasian karangan inilah yang diperlukan dalam menyusun sebuah karangan. Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu : Bagian pelengkap pendahuluan, Bagian isi karangan, dan Bagian pelengkap penutup.
 
Bagian Pelengkap Pendahuluan
 
Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi.
Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari:
      Halaman  Judul,
      Halaman Pengesahan,
      Kata Pengantar,
      Daftar Isi,
      Daffar Gambar,
      Daftar  Tabel, dan
      Daftar Lampiran
Sebuah karangan formal, harus memenuhi semua syarat di atas. Sebaliknya bila ada hanya judul, daftar isi, dan kata pengantar atau kurang dari itu, maka karangan itu disebut sebagai karangan yang semiformal. Karangan yang nonformal bila karangan itu tidak mempergunakan semua bagian tersebut di atas.
a. Judul Cover
Halaman judul pendahuluan mencantumkan judul karangan atau judul buku; bila ada judul utama dan judul bawahan anak judul maka yang dicantumkan di situ adalah judul utama. Halaman ini selalu diberi nomor urut romawi kecil

b. Halaman Judul
Halaman judul adalah halaman yang mutlak perlu, Dalam menyusun halaman judul buku atau halaman judul skripsi, selain segi teknis, harus diperhatikan pula segi estetis dan kepentingan tiap kata. Bagian kalimat frasa atau kata harus ditempatkan secara seimbang di tengah halaman.

c.  Halaman Pengesahan
Halaman ini harus disiapkan untuk sebuah Tugas Akhir (TA), skripsi, tesis. Dan lain sebagainya.

d. Halaman Persembahan
Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman, dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja.

e. Kata Pengantar
Sering terdapat dua istilah yang saling bertukar penggunaannya yaitu Kata Pengantar dan Kata Pendahuluan atau Pendahuluan. Sebaiknya penggunaan kedua istilah itu dibedakan. Kata Pengantar sebaiknya dipergunakan untuk bagian ini, sedangkan Pendahuluan dipergunakan untuk menyebut bagian awal dari isi karangan.
Sebuah kata pengantar sekurang-kurangnya memuat hal-hal berikut:
  1. Penjelasan dalam rangka apa penulis menyusun karangan itu, dan mengapa justru memilih bidang  pembahasan itu;
  2. Pertanggungjawaban bagaimana karangan itu digarap secara umum;
  3. Suka-duka penulis dalam pengumpulan data atau pada waktu mengadakan penelitian;
  4. Siapa-siapa atau badan-badan mana yang telah membe­rikan bantuan dan uluran tangan;
  5. Pernyataan terimakasih kepada mereka semua yang telah memberikan bantuan pada penulis: para dosen yang telah memberi bimbingan secara khusus, semua dosen yang telah mendidik, pimpinan, dan semua orang atau badan yang telah disebutkan di atas dalam rangka pengumpulan data;
  6. Harapan - harapan penulis tentang bermanfaatnya karangan itu entah bagi pribadi, Nusa Bangsa, dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Panjangnya kata pengantar boleh satu halaman boleh juga lebih, tetapi harus diperhatikan agar jangan terlalu panjang lebar, melainkan harus ringkas dan jelas.

f.  Daftar Isi
Daftar isi merupakan petunjuk yang baik bagi pembaca dan mereka yang ingin membeli sebuah buku. Setiap pembeli ingin mengetahui apa isi buku itu dan ingin segera mendapat gambaran tentang hal- hal yang khusus dibicarakan dalam buku tersebut. Atas pertimbangan ini, maka sebaiknya daftar isi ditempatkan pada bagian pelengkap pendahuluan, sebelum isi karangan itu.

g.  Daftar Tabel & Daftar Gambar
Bila dalam buku itu terdapat gambar-gambar, tabel-tabel, keterangan-keterangan lainnya (misalnya singkatan, penjelasan mengenai pengucapan sebuah bahasa, dsb.), maka dapat disiapkan pula daftar khusus mengenai hal-hal tersebut. Untuk memudahkan pembaca, maka semua gambar dan tabel yang dipergunakan dalam buku diberi nomor urut, sehingga mudah dicari.

 Bagian Isi Karangan
Pada bagian isi karangan ini, terbagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari :
a.  Pendahuluan
 Dalam Bab 1 pendahuluan, berisikan :
·         Latar Belakang Masalah
Dimana berisi kendala atau yang biasa disebut sebagai masalah yang terjadi. Selain itu berisi ide atau alternatif usulan yang tentu harus bernilai positif, sehingga mendapatkan solusi ataupun jawaban dari pilihan alternatif yang optimal.
·         Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Untuk bagian ini, tentu membatasi ruang lingkup dari pemasalahan tersebut agar tidak merambat luas dan menyebar pada masalah lainnya, oleh karna itu dibuatlah batasan masalah. Selain itu berisi pula seputar cara kerja secara singkat.
·         Tujuan Penulisan
Berisikan  dua kondisi, yakni pertama untuk diri sendiri, dan yang kedua tersebut yang memberikan nilai baik  dari pembahasan juga pengerjaan yang dilakukan.
·         Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini, tentu ada observasi (mengamati), wawancara pada narasumber atau yang mengetahui tentang yang berkaitan dengan permasalahan bersangkutan, serta melakukan pengumpulan data (data sheet).
·     Sistematika Penulisan
Pada bagian sistematika penulisan, menjelaskan memakai penulisan berapa banyak bab. Misal, untuk pembuatan penulisan ilmiah pada mahasiswa semester 6 Universitas Gunadarma yang akan membuat alat haruslah 4 bab, sedangkan yang akan membuat analisis dan studi literatur maka di wajibkan sebanyak 5 bab.

b.  Tubuh Karangan
Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang akan dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:
1)      Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan pembenaran.
2)      Kejelasan uraian/ deskripsi:
~ Kejelasan konsep
     Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub - bsb, dari sub - bab ke detail yaang lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam menganalistis, menginterpretasikan (menafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
~ Kejelasan bahasa
    Kejelasan dan ketepatan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fikti, kata konotatif atau kata kias sangat diperlukan). Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kelimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatiff secara benar.
~Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta
    Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain : penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan tabel, diagram, dan foto - foro. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah) :
  • Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
  • Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai dengan judul

C. Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga merupakan bagian teroenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian - bagian penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara :
  • Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.
  • Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.

Bagian Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah
a. Daftar pustaka (Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
* Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.
* Tahun terbit.
* Judul buku: penulisannya bercetak miring.
* Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
* Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)
Keterangan :
·  Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua tidak perlu 
   dibalik.
· Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai untuk 
  menggantikan nama pengarang.
· Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang dipakai dan 
  di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
·  Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
·  Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal nama 
   belakang pengarang.

b. Lampiran (Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.
 
c. Indeks
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.

d. Riwayat Hidup Penulis
Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.

2.3 Pengelompokan Naskah
Untuk Pengelompokan naskah ini, dibedakan pula karya yang dilakukan secara formal, semi-formal, dan non-formal. Suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi dinamakan formal. Bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi, ini yang dinamakan semi-formal. Bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat - syarat formalnya, maka inilah yang dinamakan non-formal .

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, aspek - aspek konvensi karya ilmiah adalah hal - hal yang menjadi kesepakatan bersama dalam penulisan karya ilmiah. Aspek - aspek tersebut meliputi hal - hal berikut :
  • Bentuk karangan
  • Bagian - bagian karangan
  • Bahan dan jumlah halaman
  • Perwajahan
  • Penomoran, dan
  • Penyajian

Rabu, 14 November 2012

PERBEDAAN ANTARA TOPIK, JUDUL & TEMA


PERBEDAAN  ANTARA : TOPIK, JUDUL & TEMA




TOPIK


  • Pengertian Topik


                   Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani “topoi”. Dalam suatu karangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang pengarang  untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya : pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-cita, dan sebagainya.


  • Dari bermacam-macam hal yang dijadikan topik tersebut, seorang pengarang dapat menyusun karangan dalam bentuk :

  1. Narasi : Karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.
  2. Deskripsi : Karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
  3. Eksposisi : Karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan tersebut.
  4. Argumentasi : Karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.


  • Syarat topik dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu :

Bagi penulis, topik yang baik yaitu berbasis pada kompetensi penulisnya yaitu :

  1. Bidang keahlian
  2. Bidang studi yang didalami. 
  3. Pengalaman penulis seperti pengalaman kerja, praktik dilapangan, penelitian, partisipasi dalam suatu kegiatan ilmiah
  4. Bidang kerja atau profesi
  5. Karakter penulis (baik, cerdas, inovatif, kreatif)
  6. Temuan yang pernah diteliti
  7. Kualifikasi pengalaman baik Nasional maupun Internasional
  8. Kemampuan memenuhi tuntutan para pembacanya
  9. Kemampuan memenuhi target kebutuhan segmen pembacanya, dan
  10. Temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuna dan teknologi yang diperlukan pembacanya


Sedangkan bagi pembaca, topik itu baik jika layak dibaca. Artinya, topik tersebut dapat mengembangkan kompetensi pembacanya, yaitu sesuai dengan :


  1. Tuntutan pembaca untuk mencapai target informasi yang diharapkan
  2. Upaya pembaca untuk meningkatkan kecerdasan, kompetensi pengembangan akademik dan profesi.
  3. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuni pembacanya.
  4. Pengembangan dan peningkatan karier dan profesinya
  5. Upaya mempertajam dan memperhalus rasa kemanusiaan
  6. Upaya mempertajam dan memperhalus daya nalarnya
  7. Sesuai dengan kebutuhan informasi iptek yang diperlukan, dan sebagainya.

 

  • Namun jika ditinjau secara umum, syarat topik yang baik yaitu :

Menarik untuk ditulis dan dibaca : 
Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan penulisannya dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya.

Dikuasai dengan baik oleh penulis : Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data di lapangan (data primer). Selain itu, penulis juga harus menguasai waktu, biaya, metode pembahasan, bahasa yang digunakan, dan bidang ilmu.


Pembatasan sebuah topic :


  1. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
  2. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut. Bila dapat, tempatkanlah rincian tersebut di sekitar lingkaran topik tadi.
  3. Tetapkanlah data rincian tadi, yang mana yang akan dipilih.
  4. Mengajukan pertanyaan, apakah sector tadi dapat dirinci lebih lanjut atau tidak. Dengan demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit.

 

  • Ciri-ciri topic :

  1. Topic harus menarik perhatian si pembaca, sehingga mampu menimbulkan rasa keingintahuan pembaca.
  2. Mencakup keseluruhan isi cerita.

  •  Pembatasan Topik


Topik yang akan diangkat dalam permasalahan haru dibatasi sampai tahap yang paling sempit dan terbatas agar pembatasanny tidak terlalu luas dan terarah.
Cara mempersempit itu seperti disebutkan “Cipta Lika Caraka” dapat dilakukan sebagai berikut.

  1. Menurut tempat
  2. Contoh, Indonesia lebih khusus daripada dunia, pulau jawa lebih khusus daripada tanah air Indonesia, dan sebagainya.
  3. Menurut waktu/ periode zaman
  4. Contoh, “Perkembangan Islam” bisa dibatasi “ Perkembangan Islam di Masa Nabi Muhammad SAW”
  5. Menurut Hubungan Kausal
  6. Contoh, “Perkembangan Islam” dapat dikhususkan pembahasannya menjadi “Sebabnya Islam Tersiar”
  7. Menurut pembagian bidang kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, ilmu pengetahuan, kesenian)
  8. Contoh, Topi “ Pembangunan di Indonesia” dapat dibatasi menjadi “ Pembangunan Politik Masa Orde Baru”
  9. Menurut aspek umum-khusus
  10. Contoh, Topik “ Pengaruh Kebijaksanaan 15 November 1978 Terhadap Masyarakat” dapat dikhususkan menjadi “ Pengaruh Kebijaksanaan 1978 Terhadap Usaha Kerajinan Rotan di Amuntai”
  11. Menurut objek material dan objek formal
  12. Objek material ialah bahan yang dibicarakan, sebagai objek formal ialah dari sudut mana bahan itu ditinjau.
  13. Contih: “Perkembangan Pers di Indonesia di Tinjau dari Segi Kebebasannya. Perkembangan Pers di Indonesia sebagai objek material, dan di Tinjau dari Segi Kebebasannya adalah objek material
 

  • sumber sumber mendapatkan topic :


  1. Pengalaman Hidup
  2. Pengalaman hidup bisa dijadikan bahan tulisan, baik yang sudah lama terjadi maupun yang baru saja dialami. Beberapa pengalaman tersebut tentu ada yang menarik dibagi pada siapa saja. Pengalaman biasa pun juga bisa menjadi sebuah tulisan yang menarik untuk dibaca jika anda mampu mengubahnya ke dalam sebuah tulisan yang baik. Apalagi jika pengalaman-pengalaman tersebut mengandung hikmah dan bahan pelajaran bagi siapa saja yang membaca.
  3. Berita / Kejadian Terkini
  4. Bahan bacaan seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain.
  5. Ask Yourself and Search The Internet
  6. Pengetahuan Yang Dimiliki
  7. Hobi
  8. Foto dan Video
  9. Foto dan Video juga bisa dijadikan sebagai topik tulisan, terutama foto-foto dan video menarik yang anda miliki atau temui.
  10. Renungan





JUDUL



  • Pengertian Judul

                    Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variable yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Karena topik biasanya memiliki ruang lingkup yang luas sedangkan judul memiliki ruang lingkup yang lebih sempit atau lebih khusus. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.
   
                    Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya. Judul hanya menyebutkan ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.


  • Syarat sebuah judul yang baik :


  1. Judul harus relevan.
  2. Judul harus mempunyai pertalian dengan temanya atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
  3. Judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
  4. Judul harus singkat. Tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat.
  5. Judul tidak provokatif.


  • Ciri-ciri judul :

  1. Relevan dengan tema cerita tersebut, atau ada keterkaitan dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
  2. Biasanya judul harus provokatif dengan menarik si pembaca dan menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi  cerita tersebut.
  3. Judul terdiri dari lima kata dan diusahakan tidak boleh lebih.
  4. Judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi berbentuk kata yang singkat.
  5. Judul harus mencerminkan topic atau tema, tidak boleh menyimpang.

 

  • Judul terbagi menjadi dua:

  1. Judul langsung : Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
  2. Judul tak langsung : Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita




TEMA



  • PENGERTIAN TEMA

                       Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan.Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah karya sastra, seperti cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan sebagai suatu gagasan pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.

                       Beberapa sumber mengatakan, pengertian tema dalam karang-mengarang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan karangan itu sendiri.

                       Dilihat dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan dari segi proses penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topic yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topic tadi. Hasil perumusan tema bisa dinyatakan dalah sebuah kalimat singkat, tetapi dapat pula mengambil bentuk berupa sebuah alinea, ikhtisar-ikhtisar, dan kadang-kadang ringkasan.

                       Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat. Begitu juga kedudukan tema secara konkrit dapat dilihat dalama hubungan antara kalimat topic dan alinea. Kalimat topic merupakan tema dari alinea itu, sedangkan kalimat lain hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topic atau tema alinea tersebut.

  • Syarat-syarat memilih tema yang baik antara lain:

  1. Tema menarik perhatian penulis.
  2. Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.
  3. Tema dikenal/diketahui dengan baik.      
  4. Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
  5. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
  6. Sebuah tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
  7. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
  8. Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.



  • Ciri-ciri tema :

  1. Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan.
  2. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama lain, bagaimana cerita diselesaikan.
  3. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai kemanusiaan yang terdapat dalam    cerita, plot cerita, perwatakan watak-watak dalam sebuah cerita.
 

  • SUMBER :