Sabtu, 06 Juli 2013

tugas 2

 class="Section0" style="layout-grid:18.0000pt; " >
Tugas kelompok softskill 
Kelas : 3ka 02
Nama kelompok : 
· Fitta Puspita Sari (12110818)
· Prasetyo Budi Putranto ( 15110367)
· Yona Gandys Aranditia (18110681)
1.
· Simposium ini diharapkan menambah dan memperluas pemahaman, dan kemampuan manajemen dalam menangani kasus neurology di Indonesia, dan menjadi wawasan bagi para dokter neurologi serta praktisi kesehatan lainnya. (Koran Tempo. 16 Februari 2008) hal. A 19.
Efektifnya
Simposium ini diharapkan menambah dan memperluas pemahaman, kemampuan manajemen dalam menangani kasus neurology di Indonesia, dan menjadi wawasan bagi para dokter neurologi serta praktisi kesehatan lainnya.
· Maka persoalan penggunaan Stadion Mandala Krida untuk konser music menjadi dilematis bagi saya. (Atmajaya Subrata “Konser Jangan di dalam Stadion Mandala Krida”. Koran Merapi 20 Februari 2008 hal.2)
Efektifnya
Persoalan penggunaan Stadion Mandala Krida untuk konser music menjadi dilematis bagi saya.
· Namun saat JPU usai membacakan surat dakwaan, tim penasehat Mbah Hadi yang dipimpin Budhi Kuswanto menyatakan siap membacakan eksepsi, akhirnya member kesempatan pengacara Mbah Hadi untuk melajutkan siding dengan pembacaan eksepsi. (Hau “Mbah Hadi Lempar Kesalahan” Koran Merapi 20 Februari 2008 hal 1)
Efektifnya
Namun saat Jaksa Penuntut Umum (JPU) usai membacakan surat dakwaan, tim penasehat Mbah Hadi yang dipimpin Budhi Kuswanto menyatakan siap membacakan eksepsi. JPU akhirnya member kesempatan pengacara Mbah Hadi untuk melajutkan siding dengan pembacaan eksepsi.
· Untuk mengantisipasi krisis listrik akibat gangguan pengangkutan bahan bakar ini, PLN berjanji akan memperbaiki menejemen stok batu bara dan bahan bakar minyak (BBM) sebagai antisipasi terulangnya gangguan pengangkutan akibat cuaca buruk. (KR. 22 Februari 2008 hal.1)
Efektifnya
Untuk mengantisipasi krisis listrik akibat gangguan pengangkutan bahan bakar ini, PLN berjanji akan memperbaiki menejemen stok batu bara dan bahan bakar minyak (BBM). Hal tersebut sebagai antisipasi terulangnya gangguan pengangkutan akibat cuaca buruk.
· Wakil Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB), Nur Acmad Affandi menyambut baik langkah gubernur untuk mengembalikan kembali fungsi Mandala Krida. (KR. 23 Februari 2008 hal.1)
Efektifnya
Wakil Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB), Nur Acmad Affandi menyambut baik langkah gubernur untuk mengembalikan kembali fungsi Mandala Krida. (KR. 23 Februari 2008 hal.1)
2. Keterangan Tempat
· Ibu dan saya berangkat kesekolah dan papa pergi ke kantornya.
· Si kupu-kupu melanjutkan perjalanannya untuk mencari bunga, namun tidak berapa lama, ia di kejutkan oleh suara benda jatuh dari langit.
· Bercerita tentang seekor burung elang yang sangat sombong dan seekor kupu-kupu yang sedang mencari makan ditengah hutan.
Keterangan Waktu
· Pagi hari di rumah saya. tanda-tanda kehidupan akan berawal di jam 5 pagi
· Saya mengangguk, mengingat doa sebelum tidur bersama ibu tadi malam.
· Saya, takkan berhenti berdoa dan bangun pagi…
3. urutan peristiwa yang logis
1. Darus bersama Rejeb pulang ke desa setelah mencari udang di laut.
2. Darus mengemudikan perahu sambil mengungkapkan perasaannya tentang kapal mesin milik orang-orang kaya yang mampu menangkap ikan lebih banyak.
3. Darus mendengarkan Rejeb yang sedang mendendangkan tembang
3 kalimat mengulang kata
1. si empat tahun sudah bisa memahami dan mampu mengungkapkan pesan secara verbal dengan menggunakan keterangan “belum”, “sudah”, “nanti”, atau adverbial ( kata keterangan ) lain. 
2. Memang awalnya ia belajar dengan melakukan coba-coba. Apabila salah, si empat tahun tak keberatan memperbaiki , sampai benar-benar mahir.
3. Tak jarang, si  empat tahun mulai bisa bercerita tentang rencananya melakukan sesuatu di waktu akan datang,Meski tak selalu, anak 4 tahun mulai mahir melakukannya, namun tonggak-tonggak awal, berkaitan dengan logika berbahasa sudah muncul.
4. Contoh pengulangan subjek dalam satu kalimat:

1.Dia datang membawa bakul nasi,
 2.lalu dia meletakannya di atas meja makan, 
3.yang dia lap karena mejanya basah oleh air yang tak sengaja 
4.dia tumpahkan dari gelas, 
5.yang dia letakkan sembarangan. (hitung sendiri berapa kata diulang kata "dia" dalam kalimat ini)
Kalimat yang lebih efektif:

Dia membawa bakul nasi hendak diletakkan di atas meja makan, tak sengaja tanggannya menyenggol gelas berisi air hingga tumpah membasahi meja, segera dilapnya.
5. a. keterangan tempat
Super Junior akan konser di Indonesia.
b. keterangan waktu
Minggu depan akan dilaksanakan ujian tengah semester.
c.          keterangan cara
Ibu memotong bawang dengan menggunakan pisau.
d. frase verbal
Frase Verbal: Frase ini merupakan frase yang memiliki unsur sebuah pekerjaan yang akan dilakukan. Contoh: akan bermain.
e. partikel penghubung
Ani bukan seorang pecandu masakan Padang, melainkan pecandu masakan Palembang.

tugas 4


 Topik : Berbahasa Sesuai dengan Ranah Pemakaiannya



Opini yang pertama : Dampak Globalisasi terhadap Sikap Bahasa


Globalisasi sudah menjadi fenomena semesta; globalisasi, suka atau tidak suka, juga mengubah sikap bahasa penutur Indonesia terhadap BI, terutama di kota-kota besar di Indonesia, khususnya terhadap BI resmi; penggunaan BI resmi, termasuk bahasa nasional, dianggap kurang bergengsi (kurang prestise), kurang nyaman (comfort), kurang canggih, bahkan dirasakan kurang aksi/kurang bergaya (prestige motive). Sikap ini juga terjadi pada media-media elektronik kita; dengan dalih era globalisasi, mata-mata acara ditayangkan dengan bahasa Inggris, malahan presenternya pun menggunakan bahasa gado-gado.


Demikian pula halnya sikap bahasa terhadap bahasa daerah; bahasa daerah kita cenderung telah tergusur karena penggunaan bahasa daerah dianggap kampungan. Sikap seperti itu tidak boleh terjadi; ini amat berbahaya karena penggusuran terhadap bahasa daerah akan berakibat terhadap tergusurnya kebudayaan daerah; hilangnya bahasa daerah berarti hilangnya kebudayaan daerah. Itu akan menimbulkan kekosongan/ kehampaan kebudayaan (cultural void); ini akan mencengkeram masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahasa adalah jaringan sentral kebudayaan, di samping sebagai salah satu produk kebudayaan itu sendiri. Penggantian budaya yang sudah mapan dan berakar oleh budaya lain yang baru dan asing bisa menjadi fatal; ini akan menjadi krisis identitas yang amat serius. Konon masyarakat yang kehilangan budayanya akan dihinggapi penyakit kehilangan kepercayaan diri; masyarakat itu akan selalu bergantung kepada orang lain, akan mencari tuntunan orang lain di dalam membuat putusan-putusan.


Setakat ini sikap bahasa yang lain adalah kecenderungn memberi gengsi tinggi terhadap BI ragam rendah/ragam bahasa gaul, termasuk suka mencampur-campur unsur bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, di samping suka beralih-alih ke bahasa tersebut, padahal konteks dan situasi komunikasi tidak menuntutnya. Dengan kata lain, terdapat tumpang-tindih ranah penggunan bahasa. Ranah yang menuntut penggunaan bahasa resmi disulih dengan bahasa ragam rendah/bahasa gaul; konteks dan situasi interaksi resmi disulih dengan bahasa campur-campur atau dengan konstruksi wacana yang penuh dengan interferensi dari nonbahasa Indonesia resmi.


Secara kasat mata, globalisasi juga menurunkan derajat kebakuan ragam bahasa resmi: BI resmi mendapat gangguan dari bahasa asing, terutama bahasa utama dunia, seperti bahasa Inggris; gangguan ini cenderung tampak pada tingginya gejala interferensi (baik secara gramatikal maupun leksikal) dan gejala campur-campur bahasa BI-BA/Inggris, termasuk pemanfaatan alternasi (beralih =alih bahasa) yang sebenarnya tidak diperlukan/tidak dituntut dalam situasi komunikasi yang sedang berlangsung. Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa globalisasi mengimplikasikan kecenderungan mengendurnya semangat nasional pada generasi muda bangsa kita, terutama di kota-kota besar. Bahkan, Putu Widjaja menyebutnya sebagai bencana nasional pada suatu seminar di Pusat Bahasa.




Opini yang kedua : Hubungan Bahasa Antara Masyarakat Pengguna


a. Pertama Struktrur social berpengaruh terhadap struktur bahasa. Struktur social berkaitan erat dengan aktualisasi diri sehingga perbedaan struktur bahasa di antara kelas social di dalam masyarakat disebabkan adanya keinginan untuk merasa berbeda antarindividu didalam kelompok, atau pun antar kelompok kecil didalam kelompok yang lebih luas.


b. Kedua Struktur bahasa menentukan struktur atau tingkatan social seseorang maupun sekelompok orang. Hal ini mengandung dua pengertian,yakni: (1) bentuk-bentuk lingual yang dipilih menentukan kelas social pemakainya; (2) kekompleksan struktur yang digunakan seseorang atau pun sekelompok orang menunjukkan tingkat intelektualitasnya.




Opini yang ketiga : Tindak Tutur Bahasa


Penekanan pentingnya pengungkapan dan pencarian serta spesifikasi kaedah-kaedah sosiolinguistik dalam cara yang sangat jelas (fishman dalam Ibrahim, 1995: 142). Dalam hal ini mencari kaedah-kaedah atau norma-norma yang menjelaskan serta memaksakan tingkah laku bahasa dan tingkah laku ke arah atau terhadap bahasa di dalam komunitas ujar. Kaedah pengguanaan bahasa didefinisikan kompeten komunikatif para pemakaiannya dalam arti kemampuannya menyeleksi kode yang cocok dan mode yang tepat untuk setting dan aktifitas tertentu.


Semua interaksi lingual terdapat tindak tutur (Searle dalam Aslinda 2010: 33). Interaksi lingual bukan hanya lambang, kata atau kaliamat, melainkan lebih tepat bila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.
Menurut Aslinda (2010: 34), Ada empat faktor yang menentukan tindak tutur diantaranya, adalah sebagai berikut:
1) Dengan bahasa apa dia harus bertutur,
2) Kepada siapa dia harus menyampaikan tuturan,
3) Dalam situasi bagaimana tuturan itu disampaikan, dan
4) Kemungkinan-kemungkinan struktur manakah yang ada dalam bahasa yang digunakan.


Dikatakan, Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari interaksi lingual. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tindak tutur yang dikatakan adalah sepenggal tuturan yang dihasilkan sebagai bagian terkecil dalam interaksi lingual. Tindak tutur dapat berupa pernyataan, pertanyaan, dan perintah. Dengan demikian, satu maksud tuturan perlu dipertimbangkan berbagai kemungkinan tindak tutur sesuai dengan posisi penutur, situasi tutur, dan kemungkinan struktur yang ada dalam bahasa itu.




Opini yang keempat : Keanekaragaman Bahasa


Menurut Chaer (2010: 61-72) Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana (1974) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.


1. Variasi bahasa


Sebagai sebuah languege sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Terjadinya keanekaragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Keanekaragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas.


2. Variasi dari Segi Penutur


Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya.


Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga. Penggunaan istilah dialek dan bahasa dalam masyarakat umum memang seringkali bersifat ambigu.


Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah yang disebut kronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi inilah yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk membicarakannya, karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.


Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan oleh variasi bahasa yag disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken.


3. Variasi dari Segi Pemakaian


Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.


4. Variasi dari Segi Keformalan


Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (Inggris style), yaitu gaya atau ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Dalam kehidupan sehari-hari kelima ragam di atas, yang dilihat dari keformalan penggunaannya, mungkin secara bergantian kita gunakan.


5. Variasi dan Segi Sarana


Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.

sumber:

http://lalalmalay.blogspot.com/
http://mulyanapgsdbahasa.blogspot.com
http://eni-jola.blogspot.com 

tugas1

DETEKSI SONORITY PEAK UNTUK PENDERITA SPEECH DELAY MENGGUNAKAN SPEECH FILING SYSTEM


Latar Belakang Penelitian

Analisis berbantuan perangkat lunak Speech Filing System (SFS) digunakan untuk mempermudah mendeteksi ciri perkembangan akusitik fonologi seperti silabel, morfem atau domain bunyi segmental dan bunyi suprasegmental. Penderita delayed speech sebagai objek penelitian diindikasikan mengalami gangguan bicara. Gangguan bicara tersebut dapat berakibat ke gangguan perkembangan yang akan menghambat fase kognitif perkembangan anak. 

Kegagalan pengucapan satu huruf sampai beberapa huruf, sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf tersebut sehingga menimbulkan kesan cara bicaranya seperti anak kecil pada gangguan perkembangan artikulasi yang ditunjukan.
Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Biasanya Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%.

Tujuan Penelitian

Penelitian gangguan bicara bertujuan untuk mengetahui karakteristik learning disabilities dalam proses perkembangan bahasa. Karakteristik akustik suara dapat diteliti melalui analisis artikulasi, frekuensi, pitch, intonasi, dll. Penelitian ini juga untuk menganalisis karakteristik suara anak penderita delayed speech berdasarkan spectrum suara, sehingga dapat ditentukan karakteristik dari suara anak tersebut.

Target Penelitian

Keterlambatan bicara atau delayed speech menunjukkan perkembangan di bawah rata-rata anak normal. Anak yang mengalami gangguan bicara mengakibatkan ketidakjelasan pada proses artikulasi berupa produksi voiced dan unvoiced dan intonasi. Analisis sonority peak digunakan dalam penelitian ini dibantu dengan perangkat lunak Speech Filing System untuk melakukan melakukan segmentasi dan transkripsi dengan hasil spectrum data bunyi.

Metode Penelitian

Data penelitian adalah anak penderita delayed speech berusia 5-10 tahun. Anak tersebut sedang menjalani proses terapi pada pusat rehabiltasi. Data anak direkam menggunakan alat perekam khusus dan hasil rekaman dianalisis menggunakan perangkat lunak Speech Filing System. 
Data mentah ditranskripsi dan disegmentasikan sehingga ditemukan data hasil berupa gambar spektrum suara dan silabel. Data kuantitatif diperoleh melalui hasil survei table perolehan bunyi suara pada stimulus yang telah diberikan

Hasil Penelitian

Hasil penelitian diperoleh melalu(1) proses perekaman data, (2) proses editing, dan (3)segmentasi kata. Selanjutnya dilakukan proses sinkronisasi karena setiap kata yang dilafalkan mempunyai interval waktu yang berbeda.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perolehan pitch low durability dan sedikit berbeda antara dua kelompok usia. Hasil analisis kata benda (’ayam’, ’bola’) dan kata kerja ’buka’ menunjukkan perfoma yang berbeda tipis pada tataran usia.