Senin, 26 November 2012

A.    PENGERTIAN KONVENSI NASKAH.


Konvensi adalah suatu (seperti amalan, tingkah laku, ciri-ciri) yang sudah disepakati dengan meluasnya dan dipatuhi. Naskah adalah suatu teks yang berisi aturan, alur cerita di dalam suatu dialog.
(Penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.)
Maka yang dimaksud dengan konvensi naskah adalah penulisan naskah karangan ilmiah yang berdasarkan kebiasaan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.Konvensi penulisan naskah yang sudah lazim mencangkup aturan pengetikan, pengorganisasian materi utama, pengorganisasian materi pelengkap, bahasa, dan kelengkapan penulisan lainnya
 

.B. SYARAT FORMAL PENULISAN NASKAH


a. Bagian pelengkap penulisan
    1. judul pendahuluan (judul sampul)
    2. halaman judul
    3. halaman persembahan
    4. halaman pengesahan
    5. kata pengantar
    6. daftar isi
    7. daftar gambar 
    8. daftar tabel

b. Bagian isi karangan
    1. pendahuluan
    2. tubuh karangan
    3. kesimpulan

c. Bagian pelengkap penutup
    1. daftar pustaka
    2. lampiran
    3. indeks
    4. riwayat hidup penulis

C. PERBEDAAN NASKAH FORMAL, SEMI FORMAL DAN NON FORMAL


       Selain naskah formal, terdapat juga naskah semi-formal dan non formal. Perbedaan ketiga jenis naskah tersebut terdapat pada sub babnya. Naskah formal yaitu suatu karya yang memenuhi syarat lahiriah yang dituntut oleh konvensi, sedangkan naskah semi-formal yaitu suatu karya yang tidak memenuhi semua persyaratan lahirian yang dituntut konvensi. Dan naskah non-formal yaitu bila bentuk sebuah karya atau karangan tidak memenuhi persyaratan formalnya. Jadi kesimpulannya sub-sub bab yang terdapat pada naskah formal ada tang tidak dipakai atau tidak digunakan oleh naskah semi-formal dan non-formal.


  SYARAT FORMAL PENULISAN SEBUAH NASKAH

Untuk menulis sebuah naskah, diperlukan suatu penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis: penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format pengetikan yang sistematis, disebut "Pengorganisasian Karangan". Selain itu pengorganisasian karangan inilah yang diperlukan dalam menyusun sebuah karangan. Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu : Bagian pelengkap pendahuluan, Bagian isi karangan, dan Bagian pelengkap penutup.
 
Bagian Pelengkap Pendahuluan
 
Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi.
Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari:
      Halaman  Judul,
      Halaman Pengesahan,
      Kata Pengantar,
      Daftar Isi,
      Daffar Gambar,
      Daftar  Tabel, dan
      Daftar Lampiran
Sebuah karangan formal, harus memenuhi semua syarat di atas. Sebaliknya bila ada hanya judul, daftar isi, dan kata pengantar atau kurang dari itu, maka karangan itu disebut sebagai karangan yang semiformal. Karangan yang nonformal bila karangan itu tidak mempergunakan semua bagian tersebut di atas.
a. Judul Cover
Halaman judul pendahuluan mencantumkan judul karangan atau judul buku; bila ada judul utama dan judul bawahan anak judul maka yang dicantumkan di situ adalah judul utama. Halaman ini selalu diberi nomor urut romawi kecil

b. Halaman Judul
Halaman judul adalah halaman yang mutlak perlu, Dalam menyusun halaman judul buku atau halaman judul skripsi, selain segi teknis, harus diperhatikan pula segi estetis dan kepentingan tiap kata. Bagian kalimat frasa atau kata harus ditempatkan secara seimbang di tengah halaman.

c.  Halaman Pengesahan
Halaman ini harus disiapkan untuk sebuah Tugas Akhir (TA), skripsi, tesis. Dan lain sebagainya.

d. Halaman Persembahan
Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman, dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja.

e. Kata Pengantar
Sering terdapat dua istilah yang saling bertukar penggunaannya yaitu Kata Pengantar dan Kata Pendahuluan atau Pendahuluan. Sebaiknya penggunaan kedua istilah itu dibedakan. Kata Pengantar sebaiknya dipergunakan untuk bagian ini, sedangkan Pendahuluan dipergunakan untuk menyebut bagian awal dari isi karangan.
Sebuah kata pengantar sekurang-kurangnya memuat hal-hal berikut:
  1. Penjelasan dalam rangka apa penulis menyusun karangan itu, dan mengapa justru memilih bidang  pembahasan itu;
  2. Pertanggungjawaban bagaimana karangan itu digarap secara umum;
  3. Suka-duka penulis dalam pengumpulan data atau pada waktu mengadakan penelitian;
  4. Siapa-siapa atau badan-badan mana yang telah membe­rikan bantuan dan uluran tangan;
  5. Pernyataan terimakasih kepada mereka semua yang telah memberikan bantuan pada penulis: para dosen yang telah memberi bimbingan secara khusus, semua dosen yang telah mendidik, pimpinan, dan semua orang atau badan yang telah disebutkan di atas dalam rangka pengumpulan data;
  6. Harapan - harapan penulis tentang bermanfaatnya karangan itu entah bagi pribadi, Nusa Bangsa, dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Panjangnya kata pengantar boleh satu halaman boleh juga lebih, tetapi harus diperhatikan agar jangan terlalu panjang lebar, melainkan harus ringkas dan jelas.

f.  Daftar Isi
Daftar isi merupakan petunjuk yang baik bagi pembaca dan mereka yang ingin membeli sebuah buku. Setiap pembeli ingin mengetahui apa isi buku itu dan ingin segera mendapat gambaran tentang hal- hal yang khusus dibicarakan dalam buku tersebut. Atas pertimbangan ini, maka sebaiknya daftar isi ditempatkan pada bagian pelengkap pendahuluan, sebelum isi karangan itu.

g.  Daftar Tabel & Daftar Gambar
Bila dalam buku itu terdapat gambar-gambar, tabel-tabel, keterangan-keterangan lainnya (misalnya singkatan, penjelasan mengenai pengucapan sebuah bahasa, dsb.), maka dapat disiapkan pula daftar khusus mengenai hal-hal tersebut. Untuk memudahkan pembaca, maka semua gambar dan tabel yang dipergunakan dalam buku diberi nomor urut, sehingga mudah dicari.

 Bagian Isi Karangan
Pada bagian isi karangan ini, terbagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari :
a.  Pendahuluan
 Dalam Bab 1 pendahuluan, berisikan :
·         Latar Belakang Masalah
Dimana berisi kendala atau yang biasa disebut sebagai masalah yang terjadi. Selain itu berisi ide atau alternatif usulan yang tentu harus bernilai positif, sehingga mendapatkan solusi ataupun jawaban dari pilihan alternatif yang optimal.
·         Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Untuk bagian ini, tentu membatasi ruang lingkup dari pemasalahan tersebut agar tidak merambat luas dan menyebar pada masalah lainnya, oleh karna itu dibuatlah batasan masalah. Selain itu berisi pula seputar cara kerja secara singkat.
·         Tujuan Penulisan
Berisikan  dua kondisi, yakni pertama untuk diri sendiri, dan yang kedua tersebut yang memberikan nilai baik  dari pembahasan juga pengerjaan yang dilakukan.
·         Metodologi Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini, tentu ada observasi (mengamati), wawancara pada narasumber atau yang mengetahui tentang yang berkaitan dengan permasalahan bersangkutan, serta melakukan pengumpulan data (data sheet).
·     Sistematika Penulisan
Pada bagian sistematika penulisan, menjelaskan memakai penulisan berapa banyak bab. Misal, untuk pembuatan penulisan ilmiah pada mahasiswa semester 6 Universitas Gunadarma yang akan membuat alat haruslah 4 bab, sedangkan yang akan membuat analisis dan studi literatur maka di wajibkan sebanyak 5 bab.

b.  Tubuh Karangan
Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang akan dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:
1)      Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan pembenaran.
2)      Kejelasan uraian/ deskripsi:
~ Kejelasan konsep
     Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub - bsb, dari sub - bab ke detail yaang lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam menganalistis, menginterpretasikan (menafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
~ Kejelasan bahasa
    Kejelasan dan ketepatan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fikti, kata konotatif atau kata kias sangat diperlukan). Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kelimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatiff secara benar.
~Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta
    Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain : penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan tabel, diagram, dan foto - foro. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah) :
  • Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
  • Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai dengan judul

C. Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga merupakan bagian teroenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian - bagian penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara :
  • Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.
  • Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.

Bagian Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah
a. Daftar pustaka (Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
* Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.
* Tahun terbit.
* Judul buku: penulisannya bercetak miring.
* Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
* Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)
Keterangan :
·  Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua tidak perlu 
   dibalik.
· Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai untuk 
  menggantikan nama pengarang.
· Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang dipakai dan 
  di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
·  Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
·  Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal nama 
   belakang pengarang.

b. Lampiran (Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.
 
c. Indeks
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.

d. Riwayat Hidup Penulis
Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.

2.3 Pengelompokan Naskah
Untuk Pengelompokan naskah ini, dibedakan pula karya yang dilakukan secara formal, semi-formal, dan non-formal. Suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi dinamakan formal. Bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi, ini yang dinamakan semi-formal. Bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat - syarat formalnya, maka inilah yang dinamakan non-formal .

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, aspek - aspek konvensi karya ilmiah adalah hal - hal yang menjadi kesepakatan bersama dalam penulisan karya ilmiah. Aspek - aspek tersebut meliputi hal - hal berikut :
  • Bentuk karangan
  • Bagian - bagian karangan
  • Bahan dan jumlah halaman
  • Perwajahan
  • Penomoran, dan
  • Penyajian

Rabu, 14 November 2012

PERBEDAAN ANTARA TOPIK, JUDUL & TEMA


PERBEDAAN  ANTARA : TOPIK, JUDUL & TEMA




TOPIK


  • Pengertian Topik


                   Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani “topoi”. Dalam suatu karangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang pengarang  untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya : pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-cita, dan sebagainya.


  • Dari bermacam-macam hal yang dijadikan topik tersebut, seorang pengarang dapat menyusun karangan dalam bentuk :

  1. Narasi : Karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.
  2. Deskripsi : Karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
  3. Eksposisi : Karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan tersebut.
  4. Argumentasi : Karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.


  • Syarat topik dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu :

Bagi penulis, topik yang baik yaitu berbasis pada kompetensi penulisnya yaitu :

  1. Bidang keahlian
  2. Bidang studi yang didalami. 
  3. Pengalaman penulis seperti pengalaman kerja, praktik dilapangan, penelitian, partisipasi dalam suatu kegiatan ilmiah
  4. Bidang kerja atau profesi
  5. Karakter penulis (baik, cerdas, inovatif, kreatif)
  6. Temuan yang pernah diteliti
  7. Kualifikasi pengalaman baik Nasional maupun Internasional
  8. Kemampuan memenuhi tuntutan para pembacanya
  9. Kemampuan memenuhi target kebutuhan segmen pembacanya, dan
  10. Temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuna dan teknologi yang diperlukan pembacanya


Sedangkan bagi pembaca, topik itu baik jika layak dibaca. Artinya, topik tersebut dapat mengembangkan kompetensi pembacanya, yaitu sesuai dengan :


  1. Tuntutan pembaca untuk mencapai target informasi yang diharapkan
  2. Upaya pembaca untuk meningkatkan kecerdasan, kompetensi pengembangan akademik dan profesi.
  3. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuni pembacanya.
  4. Pengembangan dan peningkatan karier dan profesinya
  5. Upaya mempertajam dan memperhalus rasa kemanusiaan
  6. Upaya mempertajam dan memperhalus daya nalarnya
  7. Sesuai dengan kebutuhan informasi iptek yang diperlukan, dan sebagainya.

 

  • Namun jika ditinjau secara umum, syarat topik yang baik yaitu :

Menarik untuk ditulis dan dibaca : 
Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan penulisannya dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya.

Dikuasai dengan baik oleh penulis : Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data di lapangan (data primer). Selain itu, penulis juga harus menguasai waktu, biaya, metode pembahasan, bahasa yang digunakan, dan bidang ilmu.


Pembatasan sebuah topic :


  1. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
  2. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut. Bila dapat, tempatkanlah rincian tersebut di sekitar lingkaran topik tadi.
  3. Tetapkanlah data rincian tadi, yang mana yang akan dipilih.
  4. Mengajukan pertanyaan, apakah sector tadi dapat dirinci lebih lanjut atau tidak. Dengan demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit.

 

  • Ciri-ciri topic :

  1. Topic harus menarik perhatian si pembaca, sehingga mampu menimbulkan rasa keingintahuan pembaca.
  2. Mencakup keseluruhan isi cerita.

  •  Pembatasan Topik


Topik yang akan diangkat dalam permasalahan haru dibatasi sampai tahap yang paling sempit dan terbatas agar pembatasanny tidak terlalu luas dan terarah.
Cara mempersempit itu seperti disebutkan “Cipta Lika Caraka” dapat dilakukan sebagai berikut.

  1. Menurut tempat
  2. Contoh, Indonesia lebih khusus daripada dunia, pulau jawa lebih khusus daripada tanah air Indonesia, dan sebagainya.
  3. Menurut waktu/ periode zaman
  4. Contoh, “Perkembangan Islam” bisa dibatasi “ Perkembangan Islam di Masa Nabi Muhammad SAW”
  5. Menurut Hubungan Kausal
  6. Contoh, “Perkembangan Islam” dapat dikhususkan pembahasannya menjadi “Sebabnya Islam Tersiar”
  7. Menurut pembagian bidang kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, ilmu pengetahuan, kesenian)
  8. Contoh, Topi “ Pembangunan di Indonesia” dapat dibatasi menjadi “ Pembangunan Politik Masa Orde Baru”
  9. Menurut aspek umum-khusus
  10. Contoh, Topik “ Pengaruh Kebijaksanaan 15 November 1978 Terhadap Masyarakat” dapat dikhususkan menjadi “ Pengaruh Kebijaksanaan 1978 Terhadap Usaha Kerajinan Rotan di Amuntai”
  11. Menurut objek material dan objek formal
  12. Objek material ialah bahan yang dibicarakan, sebagai objek formal ialah dari sudut mana bahan itu ditinjau.
  13. Contih: “Perkembangan Pers di Indonesia di Tinjau dari Segi Kebebasannya. Perkembangan Pers di Indonesia sebagai objek material, dan di Tinjau dari Segi Kebebasannya adalah objek material
 

  • sumber sumber mendapatkan topic :


  1. Pengalaman Hidup
  2. Pengalaman hidup bisa dijadikan bahan tulisan, baik yang sudah lama terjadi maupun yang baru saja dialami. Beberapa pengalaman tersebut tentu ada yang menarik dibagi pada siapa saja. Pengalaman biasa pun juga bisa menjadi sebuah tulisan yang menarik untuk dibaca jika anda mampu mengubahnya ke dalam sebuah tulisan yang baik. Apalagi jika pengalaman-pengalaman tersebut mengandung hikmah dan bahan pelajaran bagi siapa saja yang membaca.
  3. Berita / Kejadian Terkini
  4. Bahan bacaan seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain.
  5. Ask Yourself and Search The Internet
  6. Pengetahuan Yang Dimiliki
  7. Hobi
  8. Foto dan Video
  9. Foto dan Video juga bisa dijadikan sebagai topik tulisan, terutama foto-foto dan video menarik yang anda miliki atau temui.
  10. Renungan





JUDUL



  • Pengertian Judul

                    Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variable yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Karena topik biasanya memiliki ruang lingkup yang luas sedangkan judul memiliki ruang lingkup yang lebih sempit atau lebih khusus. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.
   
                    Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya. Judul hanya menyebutkan ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.


  • Syarat sebuah judul yang baik :


  1. Judul harus relevan.
  2. Judul harus mempunyai pertalian dengan temanya atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
  3. Judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
  4. Judul harus singkat. Tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat.
  5. Judul tidak provokatif.


  • Ciri-ciri judul :

  1. Relevan dengan tema cerita tersebut, atau ada keterkaitan dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
  2. Biasanya judul harus provokatif dengan menarik si pembaca dan menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi  cerita tersebut.
  3. Judul terdiri dari lima kata dan diusahakan tidak boleh lebih.
  4. Judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi berbentuk kata yang singkat.
  5. Judul harus mencerminkan topic atau tema, tidak boleh menyimpang.

 

  • Judul terbagi menjadi dua:

  1. Judul langsung : Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
  2. Judul tak langsung : Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita




TEMA



  • PENGERTIAN TEMA

                       Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan.Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah karya sastra, seperti cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan sebagai suatu gagasan pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.

                       Beberapa sumber mengatakan, pengertian tema dalam karang-mengarang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan karangan itu sendiri.

                       Dilihat dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan dari segi proses penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topic yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topic tadi. Hasil perumusan tema bisa dinyatakan dalah sebuah kalimat singkat, tetapi dapat pula mengambil bentuk berupa sebuah alinea, ikhtisar-ikhtisar, dan kadang-kadang ringkasan.

                       Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat. Begitu juga kedudukan tema secara konkrit dapat dilihat dalama hubungan antara kalimat topic dan alinea. Kalimat topic merupakan tema dari alinea itu, sedangkan kalimat lain hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topic atau tema alinea tersebut.

  • Syarat-syarat memilih tema yang baik antara lain:

  1. Tema menarik perhatian penulis.
  2. Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.
  3. Tema dikenal/diketahui dengan baik.      
  4. Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
  5. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
  6. Sebuah tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
  7. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
  8. Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.



  • Ciri-ciri tema :

  1. Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan.
  2. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama lain, bagaimana cerita diselesaikan.
  3. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai kemanusiaan yang terdapat dalam    cerita, plot cerita, perwatakan watak-watak dalam sebuah cerita.
 

  • SUMBER :


Senin, 12 November 2012

A. PENGERTIAN PARAGRAF atau ALINEA


Paragraf atau Alinea adalah seperangkat kalimat yang membahas satu topik atau hanya mengacu pada satu gagasan pokok. Topik dituangkan ke dalam suatu kalimat yang disebut dengan kalimat topik atau kalimat utama, sedangkan kalimat yang menjelaskan kalimat topik disebut kalimat penjelas.
 

B. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
1. Kesatuan yaitu semua kalimat dalam paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu ide atau gagasan pokok. Jadi, tidak boleh ada kalimat sumbang atau menyimpang dari pikiran utamanya.


Contoh paragraf berkalimat sumbang


Hari akan hujan. Angin bertiup kencang. Debu-debu beterbangan. Awan hitam bergerak dengan cepat. Burung-burung berkicau riang. Para pedagang kaki lima sibuk mengemas dagangannya.


2. Koherensi yaitu kepaduan atau kekompakan hubungan antara kalimat satu dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut. Kepaduan kalimat dalam suatu paragraf dapat dijalin dengan penanda hubungan, baik penanda hubungan eksplisit maupun implisit.


a. Penanda Hubungan secara Eksplisit
- pengulangan kata
Contoh:


Semua isi alam ini adalah makhluk, artinya ciptaan Tuhan. Ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan paling mulia adalah manusia. Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan semua isi alam ini untuk keperluan hidupnya. Akan tetapi, tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, dan menyia-nyiakan.


- kata ganti
Contoh:


Johan anak Bu KArtika. Sekarang ia duduk di kelas III SMP. Tiap pagi teman-temannya selalu menghampirinya. Mereka berangkat dan pulang bersama-sama.


- kata-kata penghubung
Contoh:


Semalam suntuk Darto menonton pertandingan sepakbola di televisi. Oleh karena itu, ia bangun kesiangan. Akibatnya, ia terlambat masuk ke sekolah.


b. Penanda Hubungan secara Implisit
Contoh:


Matahari belum tinggi benar, baru sepenggalan. Sinarnya yang keemasan membuat suasana sangat cerah. Angin segar bertiup sepoi-sepoi basa menggerak-gerakkan daun pepohonan. Burung-burung pun berkicau riang. Tampak segalanya indah.


3. Pengembangan yaitu pengembangan ide atau gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung.


4. Efektif yaitu disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bisa tersampaikan dengan tepat. 


Keempat unsur penyusun alinea tersebut,terkadang muncul secara bersamaan,terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea.

1. Alinea yang Memiliki Empat Unsur
Susunan alinea jenis ini terdiri atas :
Tarnsisi (berupa kata,kelompok kata,atau kalimat);
Kalimat topik;
Kalimat pengembang;
Kalimat penegas.
 

2. Alinea yang Memiliki Tiga Unsur
Alinea jenis ini terdiri atas :
Transisi (berupa kata,kelompok kata,atau kalimat);
Kalimat topik;
Kalimaat pengembang.
 

3. Alinea yang Memiliki Dua Unsur
Alinea jenis ini terdiri atas :
Kalimat topik;
Kalimat pengembang.

 

  •  Pengertian Ide Pokok
Ide pokok yaitu inti suatu bacaan, baik dalam bentuk paragraf atau pun wacana
  •   Kalimat
adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir.


  •  Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
  •     Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
  •     Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap.
  •     Mengandung pikiran yang utuh.
  •     Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya. 
  • Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas
http://denimulya.blogspot.com/2009/12/makalah-alinea_23.html 

 

Sabtu, 03 November 2012

KALIMAT EFEKTIF


                          Kalimat Efektif 


  • Pengertian kalimat efektif :


                Kalimat yang baik adalah kalimat yang dapat memberikan kemudahan atau kejelasan pesan kepada pembaca atau pendengar. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Dengan kata lain, kalimat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut mampu secara tepat mewakili gagasan atau perasaan penyampai pesan dan sanggup memberikan gambaran yang sama tepatnya kepada pembaca atau pendengar.

Untuk mewujudkan kalimat yang efektif, kalimat harus mengandung beberapa unsur, antara lain: kesatuan gagasan dan kesepadanan struktur, kepaduan (koherensi) yang kompak, adanya penekanan, kesejajaran (keparalelan) bentuk, kehematan kata, kelogisan, dan kevariasian.  Hal itu juga sependapat dengan Akhadiah (1991:116) yang mengatakan bahwa ciri kalimat efektif adalah :



  • ciri kalimat efektif :



1. Koherensi (keutuhan)

Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini :


(1a)      Kami pun akhirnya saling mencintai.
(1b)      Saya pun akhirnya saling mencintai.
(2a)      Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b)      Dia berbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.

Kalimat (1a) dan (2a) di atas merupakan contoh kalimat yang memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan kalimat (1b) dan (2b) tidak. Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya pada (1b) sebagai subjek predikat verba saling memaafkan tidaklah tepat. Predikat verba itu memerlukan kata ganti orang yang jamak. Sementara itu, pada kalimat (2b) terlihat pada penggunaan kata ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong. Predikat verba itu memiliki ciri (semantis) dengan subjek jamak.

2.       Kesatuan Gagasan dan Kesepadanan Struktrur

Setiap kalimat yang baik harus secara jelas memperlihatkan kesatuan gagasan dan mengandung satu pokok permasalahan. Apabila dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan hilang kesatuan pikiran tersebut. Sebuah kesatuan gagasan secara praktis diwakili oleh subjek, predikat, dan bisa juga ditambah objek. Kesatuan tersebut dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Untuk mewujudkan kesepadanan struktur, maka kalimat harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a.     Kalimat harus memiliki subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:

·         Bagi semua mahasiswa yang memakai kaos oblong dilarang mengikuti perkuliahan.
Kata bagi seharusnya dihilangkan, karena menimbulkan ketidakjelasan subjek.
Seharusnya
·         Mahasiswa yang memakai kaos oblong dilarang mengikuti perkuliahan.

b.  Kalimat tidak mengandung subjek ganda. Subjek yang ganda dalam kalimat menimbulkan penafsiran yang salah bagi pembaca. Oleh karena itu, subjek yang ganda menyebabkan kalimat yang tidak efektif.
Contoh:

·         Pertanyaan itu saya kurang jelas.
 Kalimat tersebut mempunyai subjek ganda, yaitu pertanyaan itu dan saya. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara menambah bagi diantaranya pertanyaan itu  dan saya.
Seharusnya
·         Pertanyaan itu bagi saya kurang jelas.

c.      Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh :

·         Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara itu.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan mengubahnya menjadi kalimat majemuk atau mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat.
Seharusnya
·         Kami datang agak terlambat, sehingga kami tidak dapat mengikuti acara itu.
·         Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara itu.


3.       Penekanan

Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Penekanan dilakukan untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan hal yang dirasa penting. Penulis dapat melakukan berbagai cara untuk memberikan  penekanan pada kalimat efektif. Cara tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a.       Mengubah posisi kalimat
Sebuah kalimat dapat diubah-ubah strukturnya untuk mencapai efek yang diinginkan atau dipentingkan. Untuk mencapai efek yang diinginkan atau dipentingkan, maka penulis menempatkan sebuah kata yang penting berada pada awal kalimat.
Contoh :

·         Mahasiswa menjawab pertanyaan dosen penguji.
Penekanan ini dapat diubah dengan menjadi kalimat pasif. Berikut adalah contoh kalimat tersebut:
Pertanyaan dosen penguji dijawab mahasiswa.
 
b.      Menggunakan repetisi (pengulangan kata)
Pengulangan kata (repetisi) dalam kalimat kadang diperlukan untuk memberikan penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas. 

Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
 
·         Pembangunan merupakan proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, bukan hanya dimensi ekonomi tetapi juga dimensi  politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.
Berdasarkan kalimat di atas dapat dilihat bahwa kata dimensi merupakan kata yang diulang berturut-turut. Oleh karena itu, kata dimensi merupakan kata yang akan ditekankan oleh penulis.

c.       Menggunakan pertentangan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
Anak itu rajin.
Kalimat tersebut dapat lebih ditonjolkan bila ditempatkan dalam suatu posisi pertentangan, misalnya:
Anak itu rajin, bukan malas.

d.      Menggunakan partikel penekanan
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partike-partikel yang dimaksud adalah: lah, pun, kah, yang dalam tata bahasa disebut imbuhan.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
(1)          Kami pun ikut dalam kegiatan itu.
(2)          Bapaklah yang memberikan sambutan itu.


4.       Kesejajaran (Paralelisme)

Kalimat efektif juga harus mengandung kesejajaran (paralelisme) antara gagasan yang diungkapkan dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkapnya.  Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan keserasian. Jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan, kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis sehingga mudah dipahami.
Jenis pembentukan paralelisme sebagai berikut :

a.      Kesejajaran Bentuk

Bentuk kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu tidak serasi.
Contoh:

·         Buku itu telah lama dicari, tetapi Dodi belum menemukannya.
·         Peneliti sudah mengambil data, mencatatnya, kemudian dianalisis, dan dibahas.

Kalimat di atas tidak sejajar karena menggunakan bentuk kata kerja pasif (dicari) yang dikontraskan dengan bentuk aktif (menemukan). Agar sejajar, kedua bagian kalimat tersebut harus menggunakan bentuk pasif semuanya atau bentuk aktif semuanya.
Kalimat yang tepat adalah sebagai berikut :

·         Buku itu telah dicari, tetapi belum ditemukan oleh Dodi.
·         Dodi telah lama mencari buku itu, tetapi belum menemukannya.
·         Peneliti sudah mengambil data, kemudian mencatatnya, menganalisis, dan membahasnya

b.      Kesejajaran Makna

Unsur lain yang harus diperhatikan dalam pemakaian suatu bahasa adalah segi penalaran atau logika. Kesejajaran makna ini berkaitan erat dengan penalaran. Penalaran dalam sebuah kalimat merupakan masalah yang mendasari penataan gagasan. Penalaran sangat berhubungan dengan jalan pikiran. Jalan pikiran penulis turut menentukan baik tidaknya kalimat yang dibuat, mudah tidaknya kalimat tersebut dipahami sesuai pemikiran penulis.
Contoh:

      Masyarakat mengecam keras atas terjadinya pembunuhan 21 warga Palestina yang tewas dan 200 lainnya yang luka-luka.
Kalimat tersebut bukan termasuk kalimat efektif, karena untuk memahaminya, pembaca dituntut berpikir keras. Jika kita cermati akan terdapat kejanggalan karena tidak mungkin pembunuhan dilakukan terhadap orang yang sudah tewas.
Seharusnya
      Masyarakat mengecam keras atas terjadinya peristiwa yang mengakibatkan 21 warga Palestina tewas dan 200 lainnya luka-luka. 

c.       Kesejajaran Bentuk dan Maknanya

Beberapa gagasan yang bertumpuk dalam satu pernyataan dapat mengaburkan kejelasan informasi yang diungkapkan.
Contoh :

      Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan warga, sebagai tindak lanjut Perda tentang penghijauan.
Kalimat tersebut tidak efektif karena terlalu sarat dengan informasi.
Agar efektif, kalimat tersebut harus dikembalikan pada gagasan semula, yang terungkap dalam beberapa kalimat berikut.
      Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan warga.
      Penanaman ini melibatkan berbagai elemen masyarakat dari tingkat RT sampai tingkat kalurahan.
      Hal ini merupakan tindak lanjut Perda tentang pernghijauan.

5.       Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan ini menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti menghilangkan kata, frase yang diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat. Untuk mewujudkan kehematan dalam menyusun kalimat efektif ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

a.       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:

·         Karena Ali terlambat, dia tidak dapat mengikuti perkuliahan.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
·         Karena terlambat, Ali tidak dapat mengikuti perkuliahan.

b.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

·         Kata merah sudah mencakupi kata warna.
·         Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

Perhatikancontoh berikut!

·         Ia memakai baju warna merah.
·         Di mana kamu menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
·         Ia memakai baju merah.
·         Di mana engkau menangkap pipit itu?

c.       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

·         Kata naik bersinonim dengan ke atas.
·         Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
·         Silakan naik ke atas ruangan itu!
·         Baru saja pejabat itu turun ke bawah melalui tangga ini.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
·         Silakan naik ke ruangan itu!
·         Baru saja pejabat itu turun melalui tangga ini.

d.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku                                    Bentuk Baku
para tamu-tamu                                            para tamu
beberapa orang-orang                                  beberapa orang


6.       Kelogisan ( salah nalar )

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini: ( salah nalar )

·         Kepada Bapak Camat waktu dan tempat kami persilakan.
·         Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.

Kalimat itu tidak logis ( salah nalar ). Yang logis adalah sebagai berikut.

·         Kepada Bapak Camat kami persilakan.
·         Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.

7.
       Kevariasian
 
Seorang penulis harus berusaha menghindarkan pembaca dari keletihan yang pada akhirnya akan menimbulkan kebosanan. Penulis harus berusaha agar pembaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan. Sebuah bacaan atau tulisan yang baik merupakan suatu komposisi yang dapat memikat dan mengikat pembacanya untuk terus membaca sampai selesai. Agar dapat membuat pembaca terpikat tidaklah dapat dilakukan begitu saja. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menulis. Menulis memerlukan ketekunan, latihan, dan pengalaman.
Variasi bertentangan dengan repetisi. Variasi dilakukan guna memperoleh keanekaragaman bentuk-bentuk bahasa agar minat dan perhatian orang tetap terpelihara.Variasi itu dapat dicapai dengan menggunakan bentuk inversi, bentuk pasif persona, variasi aktif-pasif, dan variasi panjang pendek.
Macam-macam variasi yang menunjang keefektifan kalimat

a.       Variasi sinonimi kata
      Variasi berupa sinonimi kata, atau penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak merubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
Perhatikan contoh kalimat berikut!
      Dari renungan itu penyair menemukan suatu makna, suatu realitas baru, suatu kebenaran yang menjiwai seluruh puisi. 

b.      Variasi panjang pendek kalimat
Variasi dalam panjang pendeknya struktur kalimat mencerminkan kejelasan pikiran pengarang. Pilihan yang tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat memberi tekanan pada bagian-bagian yang diinginkan. Variasi panjang pendek kalimat ini dapat langsung dilihat contohnya dalam suatu paragraf. Paragraf yang variatif dalam mempergunakan panjang pendeknya kalimat adalah paragraf yang tidak menjemukan apabila dibaca. 

c.       Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk yang sama dalam beberapa kalimat berturut-turut juga dapat menimbulkan kelesuan. Perlu dicari vaiasi pemakaian bentuk gramatikal terutama penggunaan prefiks me- dan di-

d.      Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat
Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat sebenarnya mempunyai sangkut paut dengan penekanan dalam kalimat.


  •  Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:

1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.


  • sumber :
http://artikel-mini.blogspot.com/2011/12/kalimat-efektif.html
http://hamisatimuftia.wordpress.com/2012/10/28/881/