Kalimat Efektif
- Pengertian kalimat efektif :
Kalimat yang baik adalah kalimat
yang dapat memberikan kemudahan atau kejelasan pesan kepada pembaca atau
pendengar. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Dengan kata lain,
kalimat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut mampu secara tepat mewakili
gagasan atau perasaan penyampai pesan dan sanggup memberikan gambaran yang sama
tepatnya kepada pembaca atau pendengar.
Untuk mewujudkan kalimat yang efektif, kalimat harus
mengandung beberapa unsur, antara lain: kesatuan gagasan dan kesepadanan struktur, kepaduan (koherensi)
yang kompak, adanya penekanan, kesejajaran (keparalelan) bentuk, kehematan
kata, kelogisan, dan kevariasian. Hal itu juga sependapat dengan Akhadiah (1991:116) yang mengatakan bahwa ciri kalimat
efektif adalah :
- ciri kalimat efektif :
1.
Koherensi (keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya
keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah
ini :
(1a) Kami pun akhirnya saling mencintai.
(1b) Saya pun akhirnya saling mencintai.
(2a) Mereka berbondong-bondong menuju
pertunjukan rakyat itu.
(2b) Dia berbondong-bondong manuju
pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan (2a) di atas merupakan contoh kalimat yang
memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan kalimat (1b) dan (2b) tidak.
Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya pada (1b) sebagai subjek
predikat verba saling memaafkan tidaklah tepat. Predikat verba itu memerlukan
kata ganti orang yang jamak. Sementara itu, pada kalimat (2b) terlihat pada
penggunaan kata ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong.
Predikat verba itu memiliki ciri (semantis) dengan subjek jamak.
2. Kesatuan Gagasan
dan Kesepadanan Struktrur
Setiap kalimat yang baik harus secara jelas memperlihatkan
kesatuan gagasan dan mengandung satu pokok permasalahan. Apabila dua kesatuan
yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan hilang kesatuan pikiran
tersebut. Sebuah kesatuan gagasan secara praktis diwakili oleh subjek, predikat, dan bisa juga ditambah objek. Kesatuan tersebut dapat
berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan
yang mengandung pertentangan.
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran dan struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kesatuan gagasan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Untuk mewujudkan kesepadanan
struktur, maka kalimat harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.
Kalimat
harus memiliki subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam, bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
·
Bagi semua
mahasiswa yang memakai kaos oblong dilarang mengikuti perkuliahan.
Kata bagi seharusnya
dihilangkan, karena menimbulkan ketidakjelasan subjek.
Seharusnya
·
Mahasiswa yang memakai kaos oblong dilarang mengikuti perkuliahan.
b.
Kalimat tidak mengandung subjek ganda. Subjek yang ganda dalam kalimat
menimbulkan penafsiran yang salah bagi pembaca. Oleh karena itu, subjek yang
ganda menyebabkan kalimat yang tidak efektif.
Contoh:
·
Pertanyaan itu saya kurang jelas.
Kalimat tersebut
mempunyai subjek ganda, yaitu pertanyaan
itu dan saya. Kalimat
tersebut dapat diperbaiki dengan cara menambah bagi diantaranya pertanyaan
itu dan saya.
Seharusnya
·
Pertanyaan itu bagi saya kurang jelas.
c. Kalimat penghubung
intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh :
·
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara itu.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan mengubahnya menjadi
kalimat majemuk atau mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat.
Seharusnya
·
Kami datang agak terlambat, sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
itu.
·
Kami datang agak
terlambat. Oleh karena itu,
kami tidak dapat mengikuti acara itu.
3. Penekanan
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Penekanan
dilakukan untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan hal yang dirasa penting.
Penulis dapat melakukan berbagai cara untuk memberikan penekanan pada kalimat efektif. Cara tersebut
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.
Mengubah posisi kalimat
Sebuah kalimat dapat diubah-ubah strukturnya untuk mencapai
efek yang diinginkan atau dipentingkan. Untuk mencapai efek yang diinginkan
atau dipentingkan, maka penulis menempatkan sebuah kata yang penting berada
pada awal kalimat.
Contoh :
·
Mahasiswa menjawab pertanyaan
dosen penguji.
Penekanan ini dapat diubah dengan menjadi kalimat pasif.
Berikut adalah contoh kalimat tersebut:
Pertanyaan dosen
penguji dijawab mahasiswa.
b.
Menggunakan repetisi (pengulangan kata)
Pengulangan kata (repetisi) dalam kalimat kadang diperlukan
untuk memberikan penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting.
Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi
lebih jelas.
Perhatikan contoh
kalimat di bawah ini!
·
Pembangunan merupakan proses
yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, bukan hanya dimensi ekonomi
tetapi juga dimensi politik, dimensi
sosial, dan dimensi budaya.
Berdasarkan kalimat di atas dapat dilihat bahwa kata dimensi
merupakan kata yang diulang berturut-turut. Oleh karena itu, kata dimensi
merupakan kata yang akan ditekankan oleh penulis.
c.
Menggunakan pertentangan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu
gagasan.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
Anak itu rajin.
Kalimat tersebut dapat lebih ditonjolkan bila ditempatkan
dalam suatu posisi pertentangan, misalnya:
Anak itu
rajin, bukan malas.
d.
Menggunakan partikel penekanan
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang
berfungsi menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat.
Partike-partikel yang dimaksud adalah: lah,
pun, kah, yang dalam tata bahasa disebut imbuhan.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
(1) Kami pun ikut dalam kegiatan
itu.
(2) Bapaklah yang memberikan
sambutan itu.
4. Kesejajaran
(Paralelisme)
Kalimat efektif
juga harus mengandung kesejajaran (paralelisme) antara gagasan yang diungkapkan
dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkapnya.
Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan keserasian.
Jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan, kesejajaran itu
dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis sehingga mudah
dipahami.
Jenis pembentukan paralelisme sebagai berikut :
a.
Kesejajaran Bentuk
Bentuk kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat
mengakibatkan kalimat itu tidak serasi.
Contoh:
·
Buku itu telah lama dicari, tetapi Dodi belum menemukannya.
·
Peneliti sudah mengambil
data, mencatatnya, kemudian dianalisis, dan dibahas.
Kalimat di atas tidak sejajar karena menggunakan bentuk kata
kerja pasif (dicari) yang dikontraskan dengan bentuk aktif (menemukan). Agar
sejajar, kedua bagian kalimat tersebut harus menggunakan bentuk pasif semuanya
atau bentuk aktif semuanya.
Kalimat yang tepat adalah sebagai berikut :
·
Buku itu telah dicari, tetapi belum ditemukan oleh Dodi.
·
Dodi telah lama mencari buku itu, tetapi belum menemukannya.
·
Peneliti sudah mengambil data, kemudian mencatatnya, menganalisis, dan membahasnya.
b.
Kesejajaran Makna
Unsur lain yang harus diperhatikan dalam pemakaian suatu
bahasa adalah segi penalaran atau logika. Kesejajaran makna ini berkaitan erat
dengan penalaran. Penalaran dalam sebuah kalimat merupakan masalah yang
mendasari penataan gagasan. Penalaran sangat berhubungan dengan jalan pikiran.
Jalan pikiran penulis turut menentukan baik tidaknya kalimat yang dibuat, mudah
tidaknya kalimat tersebut dipahami sesuai pemikiran penulis.
Contoh:
• Masyarakat mengecam keras atas
terjadinya pembunuhan 21 warga Palestina yang tewas dan 200
lainnya yang luka-luka.
Kalimat tersebut bukan termasuk kalimat efektif, karena
untuk memahaminya, pembaca dituntut berpikir keras. Jika kita cermati akan
terdapat kejanggalan karena tidak mungkin pembunuhan dilakukan terhadap orang yang sudah tewas.
Seharusnya
• Masyarakat mengecam keras atas
terjadinya peristiwa yang mengakibatkan 21 warga Palestina tewas dan 200
lainnya luka-luka.
c.
Kesejajaran Bentuk dan Maknanya
Beberapa gagasan yang bertumpuk dalam satu pernyataan dapat
mengaburkan kejelasan informasi yang diungkapkan.
Contoh :
• Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan
warga, sebagai tindak lanjut
Perda tentang penghijauan.
Kalimat
tersebut tidak efektif karena terlalu sarat dengan informasi.
Agar efektif, kalimat tersebut harus dikembalikan pada
gagasan semula, yang terungkap dalam beberapa kalimat berikut.
• Penanaman pohon akasia sebagai
upaya penghijauan telah dilaksanakan warga.
• Penanaman ini melibatkan berbagai
elemen masyarakat dari tingkat RT sampai tingkat kalurahan.
• Hal ini merupakan tindak lanjut
Perda tentang pernghijauan.
5. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam
pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan.
Kehematan ini menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak
berarti menghilangkan kata, frase yang diperlukan atau yang menambah kejelasan
makna kalimat. Untuk mewujudkan kehematan dalam menyusun kalimat efektif ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh:
·
Karena Ali terlambat, dia tidak dapat mengikuti
perkuliahan.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
· Karena terlambat, Ali tidak dapat
mengikuti perkuliahan.
b.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
· Kata
merah sudah mencakupi kata warna.
· Kata
pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikancontoh berikut!
·
Ia memakai baju warna merah.
· Di mana kamu menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
·
Ia memakai baju merah.
· Di mana engkau menangkap pipit itu?
c.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam
satu kalimat.
· Kata
naik bersinonim dengan ke atas.
· Kata
turun bersinonim dengan ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
· Silakan naik ke atas ruangan itu!
· Baru saja pejabat itu turun ke bawah melalui
tangga ini.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
·
Silakan naik ke ruangan itu!
·
Baru saja pejabat itu turun melalui tangga ini.
d.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk
Baku
para tamu-tamu para
tamu
beberapa
orang-orang beberapa
orang
6. Kelogisan ( salah nalar )
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini: ( salah nalar )
· Kepada Bapak Camat waktu dan tempat kami
persilakan.
· Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan
acara ini.
Kalimat itu tidak logis ( salah nalar ). Yang logis
adalah sebagai berikut.
· Kepada Bapak Camat kami persilakan.
· Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara
ini.
7. Kevariasian
Seorang penulis harus berusaha menghindarkan pembaca dari
keletihan yang pada akhirnya akan menimbulkan kebosanan. Penulis harus berusaha
agar pembaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan. Sebuah bacaan atau tulisan
yang baik merupakan suatu komposisi yang dapat memikat dan mengikat pembacanya
untuk terus membaca sampai selesai. Agar dapat membuat pembaca terpikat
tidaklah dapat dilakukan begitu saja. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang
bagaimana seharusnya menulis. Menulis memerlukan ketekunan, latihan, dan
pengalaman.
Variasi bertentangan dengan repetisi. Variasi dilakukan guna memperoleh
keanekaragaman bentuk-bentuk bahasa agar minat dan perhatian orang tetap
terpelihara.Variasi itu dapat dicapai dengan menggunakan bentuk inversi, bentuk
pasif persona, variasi aktif-pasif, dan variasi panjang pendek.
Macam-macam variasi yang menunjang keefektifan kalimat
a.
Variasi sinonimi kata
• Variasi berupa sinonimi kata, atau
penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak
merubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
Perhatikan contoh kalimat berikut!
• Dari renungan itu penyair
menemukan suatu makna, suatu realitas baru, suatu kebenaran
yang menjiwai seluruh puisi.
b.
Variasi panjang pendek kalimat
Variasi dalam panjang pendeknya struktur kalimat
mencerminkan kejelasan pikiran pengarang. Pilihan yang tepat dari struktur
panjangnya sebuah kalimat dapat memberi tekanan pada bagian-bagian yang
diinginkan. Variasi panjang pendek kalimat ini dapat langsung dilihat contohnya
dalam suatu paragraf. Paragraf yang variatif dalam mempergunakan panjang
pendeknya kalimat adalah paragraf yang tidak menjemukan apabila dibaca.
c.
Variasi penggunaan bentuk me-
dan di-
Pemakaian bentuk yang sama dalam beberapa kalimat
berturut-turut juga dapat menimbulkan kelesuan. Perlu dicari vaiasi pemakaian
bentuk gramatikal terutama penggunaan prefiks me- dan di-.
d.
Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat
Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat sebenarnya
mempunyai sangkut paut dengan penekanan
dalam kalimat.
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
- Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
- sumber :
http://hamisatimuftia.wordpress.com/2012/10/28/881/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar